Minggu, 24 April 2011

XXIII. Kaidah Tanya – Jawab


A. Ragam Tanya – Jawab
Suatu riwayat asbabun nuzul menyebutkan bahwa sekelompok orang bertanya kepada Nabi Muhammad tentang bulan sabit, mengapa mula-mula terlihat kecil seperti benang, lalu bertambah sedikit demi sedikit hingga purnama, kemudian berkurang lagi hingga kembali ke keadaan semula. Untuk menjawab hal itu maka Allah menurunkan ayat QS Al-Baqarah [2] : 189 :

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan-bulan baru. Katakanlah, itu tanda-tanda waktu untuk manusia dan untuk musim haji.”

Jawaban yang diberikan tidak sepenuhnya sesuai dengan apa yang ditanyakan. Jawaban demikian merupakan kehendak Allah. Maksudnya, jawaban itulah yang seharusnya ditanyakan. Redaksi semacam ini oleh Al-Salaki, seperti dikutip As-Suyuthi disebut uslub hakim.

Adakalanya jawaban yang diberikan lebih luas dari yang ditanyakan, misalnya dalam QS [6] : 63-64 :

“Katakanlah , “Siapakah yang menyelamatkan kamu dari bahaya yang mengerikan di darat dan di laut, kamu berdoa kepadaNya dengan rendah hati dan suara lembut. Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bahaya) ini tentulah kami akan bersyukur ? “ Katakanlah, “Allah akan menyelamatkan kamu dari segala bencana. Namun kamu kemudian mempersekutukannya !”

Adakalanya jawabannya lebih sempit cakupannya daripada yang ditanyakan. Misalnya pada QS [10] : 15 :

“Bila kepada mereka ayat-ayat Kami dibacakan dengan jelas, mereka yang tidak mengharapkan bertemu dengan Kami berkata, “Bawakanlah bacaan lain dari ini, atau gantilah !” Katakanlah, “Tiada semestinya aku menggantikannya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Jika tidak mentaati Tuhanku aku takut akan azab hari maha dahsyat (yang akan datang).”

B. Bentuk-Bentuk Pertanyaan dan Jawaban Dalam Al-Qur’an
1. Jawaban bersambungan dengan pertanyaan, contohnya pada QS Al-Baqarah [2] : 215 :

“Mereka bertanya kepadamu, apa yang mereka nafkahkan, Katakanlah : Apa saja yang baik yang kamu nafkahkan hendaknya kepada ibu-bapak dan kearabat, kepada anak yatim dan orang miskin dan kepada orang terlantar dalam perjalanan. Dan segala perbuatan baik yang kamu lakukan, Allah mengetahuinya.”

2. Jawaban terpisah, baik terdapat dalamsatu surat maupun dalam dua surat yang berlainan, contohnya pada QS [25] : 7 :

“Dan mereka berkata : “Rasul macam apa ini, makan makanan dan berjalan di pasar-pasar ? Kenapa tidak diturunkan seorang malaikat kepadanya dan bersama-sama memberi peringatan.”

Jawabannya ada pada ayat yang berbeda, yaitu ayat 20 pada surat yang sama :
“Dan Rasul-Rasul yang kami utus sebelummu, mereka memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar.”

3. Dua jawaban dalam satu surat untuk satu pertanyaan, contohnya QS [43] : 31-32 :
“Mereka berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang penting dari kedua kota ini ? ”Ataukah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu ? Kamilah yang membagi-bagikan penghidupan diantara mereka.”

4. Jawaban lainnya ada pada QS [28] : 68 :
“Dan tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Ia kehendaki. Bagi mereka tak ada pilihan.”

5. Pertanyaan yang tidak diberikan atau tidak memerlukan jawaban, contohnya pada QS [47] : 14 :
“Adakah orang yang berpegang pada (jalan) yang terang dari Tuhannya, sama dengan orang yang menganggap indah perbuatannya yang buruk dan mengikuti hawa nafsu mereka ?”

6. Jawaban yang disebutkan mendahului pertanyaan, contohnya pada QS [38] : 4

“Shad, demi Al-Qur’an yang penuh peringatan.”

Ayat diatas sebagai jawaban atas pertanyaan keheranan orang musyrik Mekkah yang disebutkan lebih dahulu dari pertanyaan keheranan mereka pada ayat sesudahnya, yaitu QS [38] : 4 :

“Mereka keheranan ada seorang pemberi peringatan datang dari kalangan mereka sendiri, orang-orang kafir lalu berkata : dia seorang seorang tukang sihir dan pendusta.”

______________________

Tidak ada komentar: