Selasa, 19 April 2011

Beban Mental Orang yang Berutang

Nabi saw. bersabda: “Janganlah kalian menjadikan diri kalian ketakutan setelah merasa aman.” Mereka (para shahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana hal itu bisa terjadi?” Beliau bersabda: “(Karena ) utang.” (HR. Ahmad)

Nabi saw. bersabda: “Hendaklah kalian menjauhi utang, karena berutang menjadi beban pikiran pada malam hari dan rasa rendah diri pada siang hari.” (HR. Baihaqi)

Penjelasan:
Hadits pertama menjelaskan bahwa orang yang berutang diliputi oleh perasaan khawatir. Hadits kedua menjelaskan bahwa orang yang berutang pikirannya senantiasa terbebani dan perasaannya menjadi rendah diri.

Secara kejiwaan orang yang mempunyai utang senantiasa terbebani untuk mengembalikan hak orang lain dan dirinya merasa dikejar-kejar untuk melunasi utang jika ia memiliki tanggung jawab dan kejujuran. Jika ia tidak mampu membayar utang sesuai dengan waktu yang dijanjikan, akan timbul dalam dirinya rasa rendah diri karena merasa malu telah menyalahi janji kepada orang lain. Akibat menyalahi janji kepada orang yang memberi utang, ia merasa kehormatannya telah jatuh di hadapan orang lain, apalagi kalau banyak orang yang tahu bahwa dirinya telah menyalahi janji dalam melunasi utang. 

Hal ini akan semakin mempermalukan dirinya di hadapan orang banyak. Orang-orang yang kehormatan dirinya jatuh di hadapan orang lain, apalagi diketahui oleh orang banyak, tentu muncul dalam dirinya rasa rendah diri di hadapan orang lain. Oleh karena itu, sering pada pagi hari orang-orang yang masih memiliki kejujuran dan amanah dalam berutang dan ia tidak mampu membayar utangnya, malu bergaul dengan orang banyak dan mengucilkan diri dalam rumah. Keadaan seperti ini merupakan gangguan kejiwaan yang dapat menggerogoti kesehatan mental yang bersangkutan.

Gambaran gangguan kejiwaan orang yang berutang sebagaimana disebutkan dalam Hadits tersebut menunjukkan bahwa apa yang dikatakan oleh Nabi saw. merupakan pengetahuan yang diterima dari Allah, bukan omong kosong beliau. Hal ini juga membuktikan bahwa Muhammad adalah rasul Allah yang mendapat­kan pengetahuan seperti ini bukan dari pengalaman atau belajar dari ahli, tetapi dari Allah, sebab Muhammad adalah seorang yang buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis. Oleh karena itu, apa yang beliau kemukakan dalam Hadits di atas adalah pengetahuan yang Allah sampaikan kepadanya.

Keterangan Rasulullah tentang kondisi kejiwaan orang yang berutang hendaknya menjadi pelajaran dan peringatan bagi setiap orang. Dengan mengetahui hal ini, ia tidak mudah berutang sehingga dirinya tidak diselimuti oleh rasa rendah diri, beban pikiran, dan rasa takut.

Wallahu 'alam bis showwab
_____________________

Tidak ada komentar: