Rabu, 20 April 2011

Adab Makan dan Minum


  

Makan dan Minum

Islam adalah dien rahmat bagi semesta alam. Dien yang menjelaskan segala bentuk kemaslahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari masalah yang paling kecil dan ringan hingga masalah yang paling besar dan berat. Demikianlah kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas dan terang, malamnya bagaikan siang. Sehingga tidak ada satupun permasalahan yang tersisa melainkan telah dijelaskan didalamnya. Termasuk dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam adalah adanya aturan-aturan dan adab ketika makan dan minum. Bagaimanakah agama Islam nan sempurna ini mengaturnya? Pada edisi kali ini kami sajikan pembahasannya secara ringkas sebagai berikut:

Memakai piring/gelas (perkakas)

Rasulullah Saw melarang kami minum dan makan dengan perkakas makan dan minum dari emas dan perak. Beliau juga melarang kami berpakaian sutera dan yang dibordir dengan benang sutera dengan sabdanya, "Itu untuk kaum musyrikin di dunia dan untuk kamu di akhirat. (Mutafaq'alaih)

Adab-adab ketika menyantap hidangan
1. Berdo’a sebelum makan
Permasalahan yang sungguh sangat ringan, namun sering terlalaikan oleh sebagian kaum muslimin, yaitu berdo’a sebelum makan. Padahal lebih ringan daripada sekedar mengangkat sesuap nasi ke mulut dan tidak lebih berat dari menahan rasa lapar.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ: بسم الله, فَإِنْ نَسِيَ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ: بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّ لِهِ وَآخِرِهِ

“Apabila salah seorang kalian makan suatu makanan, maka hendaklah dia mengucapkan “Bismillah” (Dengan nama Allah), dan bila dia lupa diawalnya hendaklah dia mengucapkan “Bismillah fii awwalihi wa akhirihi” (Dengan nama Allah di awal dan diakhirnya).” {Shahih Sunan At-Tirmidzi 2/167 no. 1513 oleh Asy-Syaikh Al-Albani}

Ketika kita sedang makanlalu lupa mengucapkan bismillah, maka ucapkanlah "Bismilahi awwalahu walakhirohu".
Sebagimana sabda Rasulullh shallallahu 'alaihi wasalam:

Apabila kamu lupa menyebut "Bismillah" pada awal makan hendaklah mengucapkan: "Bismilahi awwalahu walakhirohu" :Bismillah pada awal dan akhirnya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)


2. Dianjurkan mendinginkan makanan yang masih sangat panas
Dinginkanlah makanan, sesungguhnya yang panas-panas tidak ada berkahnya. (HR. Al Hakim dan Ad-Dailami)

Asma’ bintu Abu Bakr radhiallahu ‘anha apabila dibawakan tsarid kepada beliau, beliau menyuruh menutupnya sehingga hilanglah asap dan panasnya yang sangat. Dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hal ini akan menyebabkan barakah lebih banyak.” {HR. Al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah no. 392}


3. Tidak meniup-niup makan/minuman
Jika makanan dan minuman masih panas, maka hendaklah mendinginkan makanan/minuman dengan kipas/ perkakas bersih untuk mendinginkannya, dan tidak meniup-niupkannya oleh mulut kita.

Rasulullah Saw melarang orang meniup-niup makanan atau minuman. (HR. Abu Dawud)
4. Menggunakan tangan kanan
Makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib, dan bila seseorang makan dan minum dengan tangan kiri maka berdosa karena dia telah menyelisihi perintah Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya serta merupakan bentuk perbuatan tasyabbuh (meniru) perilaku setan dan orang-orang kafir.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِيْنِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِيْنِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri.” {HR. Muslim}

5. Makan dari arah pinggir dan disekitarnya
Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, dan pada bimbingan beliau terkandung barakah serta merupakan penampilan adab yang baik.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا وُضِعَ الطَّعَامُ فَخُذُوْا مِنْ حَافَتِهِ وَذَرُوْا وَسْطَهُ فَإِنَّ الْبَرَكَةَ تَنْزِلُ فِيْ وَسْطِهِ

“Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan jauhi (memulai) dari tengahnya, karena sesungguhnya barakah itu turun di tengah-tengah makanan.” {Shahih Sunan Ibnu Majah no. 2650 oleh Asy-Syaikh Al-Albani}

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada ‘Umar bin Abi Salamah:

يَاغُلاَمُ,سَمِّ اللهَ وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ

“Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada disekitarmu (didekatmu).” {HR.Al Bukhari dan Muslim}

6. Duduk saat makan dan minum
Islam mengajarkan bagaimana cara duduk yang baik ketika makan yang tentunya hal itu telah dipraktekkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sifat duduk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ketika makan telah diceritakan oleh Abdullah bin Busr radhiallahu ‘anhu: “Nabi memiliki sebuah qas’ah (tempat makan/nampan) dan qas’ah itu disebut Al-Gharra’ dan dibawa oleh empat orang. Di saat mereka berada di waktu pagi, mereka Shalat Dhuha, lalu dibawalah qas’ah tersebut ¬dan padanya ada tsarid (sejenis roti) ¬ mereka mengelilinginya. Tatkala semakin bertambah (jumlah mereka), Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam duduk di atas kedua betis beliau. Seorang A’rabi (badui) bertanya: “Duduk apa ini, wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam” Beliau menjawab: “Sesungguhnya aku dijadikan oleh Allah sebagai hamba yang dermawan dan Allah tidak menjadikan aku seorang yang angkuh dan penentang.” {HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Shahih}
Kenapa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam duduk dengan jatsa (di atas kedua lutut dan kaki)? Ibnu Baththal mengatakan: “Beliau melakukan hal itu sebagai salah satu bentuk tawadhu’ beliau.” {Fathul Bari, 9/619}

Al Hafidzh Ibnu Hajar juga menerangkan: “… maka cara duduk yang disunnahkan ketika makan adalah duduk dengan jatsa. Artinya duduk di atas kedua lutut dan kedua punggung kaki, atau dengan mendirikan kaki yang kanan dan duduk di atas kaki kiri.” {Fathul Bari, }

7. Tidak boleh mencerca makanan dan minuman
Semua yang kita makan dan minum merupakan rizki yang datang dari Allah subhanahu wata’ala, maka tidak boleh bagi kita untuk menghina ataupun mencerca sedikitpun dari apa yang telah diberikan Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita suatu adab yang mulia ketika tidak menyukai makanan yang dihidangkan sebagaimana dalam hadits:
Dari Shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau berkata:
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ, إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُُ
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mencerca makanan sama sekali. Bila beliau mengiginkan sesuatu beliau memakannya dan bila tidak suka beliau meninggalkannya.” {HR. Al Bukhari dan Muslim}

8. Berdo’a sesudah makan dan minum
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala meridhai terhadap seorang hamba yang makan dan minum, kemudian memuji-Nya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ اْلأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشُّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah betul-betul ridha terhadap seorang hamba yang memakan makanan, kemudian memuji-Nya dan yang meminum minuman lalu memuji-Nya.” {HR. Muslim}
Adapun di antara beberapa contoh do’a sesudah makan dan minum adalah sebagai berikut ini:

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَكَلَ طَعَامًافَقَالَالْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلِ مِنِّي وَلاَ قُوَّةٍغُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa memakan makanan dan dia mengatakan “Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan ini, dan memberiku rizki dengan tanpa ada daya dan kekuatan dariku.” Maka akan diampuni dosanya.” {HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. Shahih}

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبُّنَا
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan berkah. Dia tidak membutuhkan pemberian makanan (karena Dia yang memberi makanan), tidak ditinggalkan dan tidak membutuhkan makanan itu ya Rabb kami.” {HR. Al Bukhari, Tirmidzi dengan lafadznya}

Apakah ada do’a yang lain yang bisa dibaca setelah makan? Jawabnya ada do’a selain ini dan boleh dibaca selama do’a tersebut benar datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Do’a-do’a penutup tersebut merupakan bentuk syukur dan sebagai bentuk mengingat keutamaan Allah subhanahu wata’ala dan rizki-Nya kepada kita.

Beberapa Sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang Kian Terasing
Sesungguhnya mengikuti jejak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Adalah sebuah kemenangan dan ketinggian derajat, kebahagian dan keselamatan dunia dan akhirat. Sungguh mengikuti jejak beliau adalah sebuah kecintaan dari Allah subhanahu wata’ala, sebuah keridhaan dan sebuah hidayah dari-Nya. Diantara Sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang kian terasing dan tidak sedikit dari kaum muslimin yang meninggalkannya adalah sebagai berikut:

a. Makan secara bersama-sama (berjama’ah)
Sudah merupakan kepastian bahwa termasuk yang dicintai oleh Allah subhanahu wata’ala adalah makan bersama-sama (berjama’ah) karena makan dengan cara seperti ini akan menyebabkan turunnya barakah dari Allah subhanahu wata’ala.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana dalam riwayat Jabir radhiallahu ‘anhu:

أَحَبُّ الطَّعَامِ إِلَى اللهِ مَا كَثُرَتْ عَلَيْهِ اْلأَ يْدِي

“Makanan yang paling dicintai oleh Allah adalah bila banyak tangan (berjama’ah pada makanan tersebut).” {HR. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan selain beliau dan hadits ini dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani di dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 2/562 no 895}

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَا مِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ يُبَارَكْ لَكُمْ فِيْهِ

“Berjama’ahlah kalian pada makan kalian dan bacalah nama Allah, niscaya Allah akan menurunkan barakah.” {HR. Ibnu Majah. Shahih}

b. Menjilat tangan dan bejana (tempat makan)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ مِنَ الطَّعَامِ فَلاَ يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَاأَوْيُلْعِقَهَا, فَإِنَّهُ لاَيَدْرِ ي فِي أَيَّتِهِنَّ الْبَرَكَةُ

“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya sampai dia menjilatnya atau memberikan kepada orang lain untuk menjilatnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui tempat terletaknya barakah.” {HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ad-Darimi. Shahih}

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ath-Thabrani di dalam Al-Ausath dari Shahabat Ka’b bin ‘Ujrah radhiallahu ‘anhu: “Aku melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam makan dengan tiga jari; Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah, kemudian aku melihat beliau menjilat ketiga jari beliau sebelum beliau mengelapnya. (Beliau memulai dengan) jari tengah kemudian jari telunjuk dan lalu Ibu jari.”

c. Mengambil makanan yang terjatuh
Termasuk dalam tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam adalah mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan berarti bahwa Islam tidak menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karena itu ketika mengambil makanan yang jatuh tersebut harus dibersihkan bila terdapat kotoran padanya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَاكَانَ مِنَ اْلأََذَى وَلْيَأْكُلْهَاوَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila terjatuh makanan salah seorang dari kalian, maka ambillah lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian makanlah dan jangan membiarkannya bagi setan.” {HR. Muslim}

d. Tidak bernafas di bejana atau meniup makanan
Dari Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَي أَنْ يَتَنَفَّسَ فِي اْلإِنَاءِ أَوْ يَنْفُخَ فِيْهِ

“Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah melarang bernafas di dalam bejana atau melarang untuk meniup padanya.” {Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 1539 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani}

Demikianlah beberapa dari sekian adab makan dan minum Islami yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Sebuah gambaran kesempurnaan Islam dalam mengatur urusan setiap insan dengan pengaturan yang penuh kebijakan dan hikmah yang sangat besar. Semua maslahatnya akan kembali kepada kita.

e. Tidak minum pada mulut teko, mulut botol, dsb.

Rasulullah Saw melarang orang yang minum dengan membalik mulut kendi langsung ke mulutnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dilarang minum langsung dari tempat minum yang digunakan oleh banyak orang, misal minum langsung dari galon, poci, teko dan wadah-wadah lainnya. Hendaknya dituangkan dulu ke dalam gelas, lalu meminumnya dari gelas tersebut.

_____________________________________
Sumber :

1. Buletin Al Ilmu Jember
2. 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

Tidak ada komentar: